Hello everyone!
I know that I've been gone from here since like a trillion years ago, but now I'm determined to go back and start writing, for fun and for earning some extra money. I know that the title of this post is probably a wee bit exaggerated, but I really really want to start that quest right now. Oh anyway, I just want to tell you that I've finally succeeded in applying for medical school, and now I am enrolled as a freshman in Gadjah Mada University, studying medicine. I hope I'll be able to cope with the pressure as being a medical student and finally become a successful doctor, wish me luck!
Okay so, I got to go now, see you next time! Whoever you might be.. :P
A hand kids past a misplaced believer.
Everyday Story
di penghujung hari..
Senin, 13 Agustus 2012
Kamis, 21 April 2011
No, I Don't Love You
No, I don't love you,
It's just a little spark in my heart each time you showed up.
No, I don't love you,
Although random thoughts about you always popped out in my mind.
No, I don't love you,
It's just a picture of your face I keep on seeing,
and a sound of your laugh I keep on hearing during my days.
No, I don't love you,
Although somehow, I always dream about you every night.
No, I don't love you.
I don't (want to) love you.
It's just a little spark in my heart each time you showed up.
No, I don't love you,
Although random thoughts about you always popped out in my mind.
No, I don't love you,
It's just a picture of your face I keep on seeing,
and a sound of your laugh I keep on hearing during my days.
No, I don't love you,
Although somehow, I always dream about you every night.
No, I don't love you.
I don't (want to) love you.
Selasa, 25 Januari 2011
The Future is Ahead!
"Where are you going after school?"Since I was young, many people have asked questions about the future. Well, commonly about what do I want be when I'm grown up, and these questions make me keep wondering and also questioning myself, "what do I want to be in the future? Should I be a doctor? Or an engineer? Or an architect?". This is actually my favourite topic to be discussed.
Why did I take the three professions (doctor, engineer, and architect) as examples? Because many parents in this country --or even maybe in every civilized country in the world-- wanted their children to become one of those, as there is a paradigm in the society that those professions bring a lot of money, which means they're promising a prosperous life in the future. Well actually, this is not so wrong. However, this can affect one's way of thinking that success is only when you are a doctor, engineer, or an architect, which brings a boxed mind, that if you aren't a doctor, nor an engineer, nor an architect, you are not a successful man.
I used to believe in such paradigms, but as I grew older, I started to think, is that true? That if we become a doctor, we will be rich and live a happy life? What if I don't want to be a doctor? What if I cannot treat each patients as the should be? What if I'm scared of the hypodermic needles? What if I cannot understand biology? What if...? What if...? (and the other "what if"s go on..).
Now I have the answer. So simple, that even a preschool student knows it. If you don't want to be a doctor, then just don't. Problem solved, haha. But, is it really that simple?
For someone who doesn't know what they want in their life, doesn't have an ambition, not interested in any subjects, and (think that they) have no special talents, this may turn out not to be that simple. People like this will easily be affected by people around them on deciding which path will they take. These surrounding people could be friends, parents, teachers, and all of people who have a big influence in their life. They really need the advice because they are still blind about the future, or even too scared too imagine how it would be like.
As for me, I've made my decision. I've made a target to achieve, and it would be entering University of Indonesia, Faculty of Medicine. Wish me luck ;)
Senin, 04 Oktober 2010
Malu
Aku ini satu pemudi
satu dari berjuta-juta di negeri ini
Aku hanya malu
Malu ketika merenung
tentang akhlakku...
tentang ibadahku...
tentang fungsiku...
Aku malu pada Tuhan
Ketika nikmat-Nya tak kusyukuri
Ketika perintah-Nya tak kujawab
dan ketika aku sombong dihadapan-Nya
Aku malu kepada waktu
Yang selalu berlari disaat aku berjalan
Yang terabaikan sehingga aku terlambat
Yang terbengkalai sehingga aku lalai
Aku malu kepada orangtua
Yang selalu memberi walau aku tak mampu memberi
Yang tetap ramah walau aku marah
Yang tetap sabar walau aku tak gencar
Aku malu kepada negeri ini
Ketika aku kalah dari kemalasan
Ketika aku terlalu menganggapnya besar
Sehingga tak berani menyelesaikan masalahnya
Ketika aku meminta lebih,
padahal sedikit yang kuberi
Biarlah yang kusampaikan hanya malu
agar aku sadar malu
Karya : Nurul Jasmine Fauziah
satu dari berjuta-juta di negeri ini
Aku hanya malu
Malu ketika merenung
tentang akhlakku...
tentang ibadahku...
tentang fungsiku...
Aku malu pada Tuhan
Ketika nikmat-Nya tak kusyukuri
Ketika perintah-Nya tak kujawab
dan ketika aku sombong dihadapan-Nya
Yang selalu berlari disaat aku berjalan
Yang terabaikan sehingga aku terlambat
Yang terbengkalai sehingga aku lalai
Aku malu kepada orangtua
Yang selalu memberi walau aku tak mampu memberi
Yang tetap ramah walau aku marah
Yang tetap sabar walau aku tak gencar
Aku malu kepada negeri ini
Ketika aku kalah dari kemalasan
Ketika aku terlalu menganggapnya besar
Sehingga tak berani menyelesaikan masalahnya
Ketika aku meminta lebih,
padahal sedikit yang kuberi
Biarlah yang kusampaikan hanya malu
agar aku sadar malu
Karya : Nurul Jasmine Fauziah
Senin, 06 September 2010
Sahabat
Aku bersyukur,
mereka pernah singgah di kehidupanku
Menebar inspirasi
Menanamkan keyakinan
Menghilangkan kegoyahan
dan saling menguatkan pendirian
Mereka menjadikan setiap tawa begitu berarti
Membuat tiap tetes air mata begitu berharga
Menjadikan tiap luka terasa manis
dan tiap nafas mengandung kebahagiaan
Kita t'lah arungi samudera kepahitan bersama
untuk bisa berlabuh di teluk cita-cita dan harapan
Kita t'lah terjang ombak dan badai
untuk bisa kembali melihat pelangi yang tersembunyi
di balik awan hitam
Namun kini,
kita tiba di gerbang perpisahan
Bersiap meniti langkah baru
Menuju masa depan
Usahlah kau bersedih kawan,
Mari berharap pada Tuhan
Agar kelak kita kembali dipertemukan
di Taman Firdaus yang penuh keindahan
Menuju Jalan Terang
Teringat masa itu
Aku masih sendiri
Berjalan di lorong gelap
Tanpa tau arah
Aku mencari cahaya
Aku mencari petunjuk
Aku mencari telaga
Aku mencari jiwaku
Hingga suatu saat,
Ia mengirimkan pesan cinta
Begitu lembut,
merasuki kalbuku
Lalu aku seolah bangkit
Hatiku lapang, jalanku terang
Jiwaku telah pulang
Jiwaku telah kembali
Kini kugenggam erat pelita itu
Takkan kulepas lagi
Sampai aku kembali
Pada Pemilik jiwa ini
Selasa, 27 Juli 2010
Sebuah Langkah Baru: Antara Ketidakbijakan dan Pemanfaatan Sisa Waktu
Hari ini, Selasa tanggal 27 Juli 2010 diadakan Ekskul Promotion (EXPO) di sekolahku. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan ekskul-ekskul kepada para peserta didik baru, dan mereka dapat bebas memilih untuk mengikuti ekskul, maksimal 2 ekskul. Dalam EXPO ini, setiap ekskul diberi kesempatan untuk tampil mempromosikan ekskul mereka di depan penonton selama 10 menit, dan setiap ekskul juga disediakan stand tersendiri sebagai basecamp dan tempat pendaftaran.
Acara ini dimulai pagi hari, sekitar pukul 7.30, diawali dengan pembukaan dan pembacaan doa oleh petugas OSIS. Selanjutnya dilanjutkan dengan penampilan pertama dari ekskul Tari Betawi (saya sebenarnya baru tahu kalau di sekolah saya ada ekskul ini hehehe). Tapi, baru sekitar 5 menit mereka menari, hujan mulai turun rintik-rintik. Hari ini memang mendung. Penonton yang tadinya antusias menonton pun mulai keluar dari lapangan dan mencari tempat berteduh. Namun, apa daya bagi para penari, mereka tak punya pilihan dan tetap melanjutkan tarian mereka walau hujan semakin menderas.
Karena hujan yang lumayan deras, kondisi jadi sangat tidak mendukung untuk dilanjutkannya parade EXPO, sehingga panitia pun memutuskan untuk menunda penampilan selanjutnya sampai hujan reda, atau setidaknya tidak terlalu deras. Masa penantian ini bukan saat yang begitu menyenangkan, karena sekolah jadi becek, sedangkan kita tidak punya tempat yang nyaman dan kering untuk menunggu. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke masjid saja sekedar untuk berteduh.
Saat saya sudah sampai di dekat tangga masjid, ada 2 orang adik kelasku anggota ekskul KIR yang datang menawarkan produk mereka, berupa snack ikan berkalsium tinggi. Aku memang sudah berencana untuk membelinya (karena snack ini adalah produk penelitian temanku), dan akhirnya aku membeli 2 bungkus snack itu, sebelum akhirnya aku duduk di tangga masjid untuk menikmatinya. Lumayan, untuk mengisi waktu saat menunggu hujan reda. Aku membagi snack itu dengan beberapa temanku, dan mereka menyukainya. Ide teman-teman KIR ku memang kreatif, membuat penganan nikmat yang juga sehat, walaupun aku kurang yakin dengan bumbu penyedap yang rasanya mengandung MSG.
Setelah sekitar setengah jam kemudian, hujan mulai reda dengan langit yang masih mendung. Acara dilanjutkan. Aku kurang tertarik untuk menyaksikan parade, jadi aku memutuskan untuk berkeliling melihat stand-stand ekskul lain. Incaran pertamaku: stand KIR.
Disana, mereka memajang piala-piala yang berhasil mereka kumpulkan, foto-foto kegiatan mereka, serta beberapa produk hasil penelitian mereka. Aku berkeliling sebentar dan melihat-lihat isi dari stand itu.
Di bagian depan, terpajang sebuah robot sensor suara buatan teman KIR ku. Di meja samping stand itu, terdapat bagian pendaftaran. Penjaga bagian pendaftaran juga adalah adik kelasku yang senantiasa mengomporiku untuk bergabung bersama KIR 90. Aku sungguh teramat sangat tergoda untuk mendaftar menjadi anggota, yang pada akhirnya kulakukan. Ya, aku mendaftar menjadi anggota KIR SMAN 90.
Bagaimana menurutmu? Apakah aku masih dalam batas kewarasan? Hahaha, bayangkan saja, akibat sebuah obsesi yang tertunda, aku nekad untuk mendaftar. Lumayan, setelah menyerahkan formulir, aku dapat gantungan kunci gratis bertuliskan "Reach 90".
Tapi ternyata, yang gila bukan hanya aku. 2 orang temanku pun kuajak dan kuprovokasi untuk ikut mendaftar menjadi anggota KIR, disaat kami telah duduk di bangku kelas 3 SMA. Dengan provokasiku, mereka mendaftar. Di formulir pendaftarannya, ada kolom isian mengenai alasan ikut (bergabung), inilah jawaban kami:
- Aku: "Demi kebahagiaan"
- Teman 1: "Obsesi tertunda"
- Teman 2: "Untuk mencapai kesuksesan dunia akhirat"
Hahaha, konyol, tapi serius. Itulah kami, para mantan calon anggota KIR yang pada akhirnya mendaftar juga. Pada awalnya aku bahagia karena berani mendaftar, tapi lama kelamaan, aku mulai menyadari bahwa mungkin ini bukanlah ide yang bagus, mengingat aku sudah kelas 3, dan masih memiliki tanggung jawab di FORTRIS. Hal ini tidak rasional dan realistis. Kami pun pasrah terhadap apa yang telah kami lakukan, karena kami benar-benar ingin merasakan menjadi anggota KIR, sekali saja, bahkan satu semester saja pun cukup.
Dan sampai sekarang pun, aku masih berpikir, apakah tindakanku itu merupakan bentuk ketidak-bijakan ku, atau termasuk usahaku dalam memanfaatkan waktu yang tersisa di masa SMA, karena tidak mungkin aku dapat mengulang masa ini lagi.
Semoga Allah merahmati kita, mengampuni kita dari kesalahan dan tindakan gegabah yang kita lakukan. Ya Allah, semoga langkahku ini benar. Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)