Kamis, 17 Juni 2010

KIR?

Hmm, salah satu hal yang bagi saya sangat dilematis semasa SMA ini adalah, keikutsertaan saya dalam KIR. KIR adalah salah satu ekskul di sekolah saya, yang merupakan kependekan dari Kelompok Ilmiah Remaja. Dari namanya kita bisa tahu, bahwa "kerjaan" anak-anak KIR adalah meneliti, melakukan penelitian, membuat makalah penelitian, dsb. Sujujurnya, melakukan penelitian, berhipotesis, mematahkannya dan mengajukannya adalah salah satu kegemaran saya. Mungkin ini memang salah satu efek dari seringnya saya menonton acara TV yang berbau ilmiah, sehingga terkonsep dalam pikiran saya.


Namun, ada beberapa hal yang membuat saya sampai sekarang tidak juga mendaftar menjadi anggota KIR. Beberapa alasan memang sangat subjektif, itu yang saya sayangkan. Saya masih sulit untuk memisahkan antara urusan pribadi dan non-pribadi. Alasan lainnya, adalah karena saya sudah tergabung menjadi anggota Rohis dan Fortris, yang sudah banyak menyita waktu saya. Saya ini termasuk orang yang tidak terlalu baik dalam mengatur waktu, jadi yaa, saya takutnya, bila ikut KIR nanti, urusan Rohis dan Fortris menjadi terbengkalai. Jadi saya memutuskan untuk tidak bergabung dulu dengan KIR untuk saat-saat ini.


Setelah saya memutuskan untuk tidak menjadi bagian dari KIR pun, begitu banyak fakta yang membuat saya menyesal karena membuat keputusan itu. Salah satunya adalah kenyataan bahwa KIR 90 baru saja memenangkan lomba penelitian di SMAN 8 Jakarta, juara 1 di bidang IPA, juara 1 di bidang Rekayasa Teknologi, dan juara 2 di bidang IPS. Entah bagaimana, saya turut merasa bangga, juga sedikit iri. Bangga, mungkin karena saya juga merupakan siswa 90, yang diharumkan namanya oleh mereka. Iri, karena setiap melihat foto-foto lomba mereka, saya selalu teringat, betapa saya bisa saja menjadi bagian dari kesuksesan itu bila saja dulu saya memutuskan untuk menjadi anggota KIR.


Belakangan ini pun, saya mendapat tawaran dari beberapa teman saya yang aanggota KIR, untuk masuk KIR sekarang. Tapi, pasti garing. Juga, setiap kali ada pertemuan, saya selalu berhalangan hadir karena berbagai alasan. Saya juga ditawari untuk ikut menjadi anggota KIRJAS (KIR Jakarta Selatan) oleh mereka. Saya tidak bisa memutuskan, antara hasrat dan kenyataan sedikitnya waktu yang saya miliki.


Tapi, yang saya heran, salah satu teman saya, bisa menjadi anggota dari tiap organisasi yang saya sebutkan di atas. Dia adalah ikhwah saya di Rohis dan Fortris, dia juga anggota KIR, dan sekarang ini, baru masuk KIRJAS. Dia terlihat santai dengan segala aktivitasnya. Santai, tapi jalan. Mungkin karena dia memiliki kendaraan sendiri, sehingga mobilitasnya menjadi lebih mudah. Mas'ul saya di Fortris pun juga seorang anggota KIR sejati. Tapi, kenapa saya tidak bisa?


Entahlah, mungkin untuk sekarang ini saya belum bisa memutuskan. Entah satu bulan lagi...