Selasa, 27 Juli 2010

Sebuah Langkah Baru: Antara Ketidakbijakan dan Pemanfaatan Sisa Waktu


Hari ini, Selasa tanggal 27 Juli 2010 diadakan Ekskul Promotion (EXPO) di sekolahku. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan ekskul-ekskul kepada para peserta didik baru, dan mereka dapat bebas memilih untuk mengikuti ekskul, maksimal 2 ekskul. Dalam EXPO ini, setiap ekskul diberi kesempatan untuk tampil mempromosikan ekskul mereka di depan penonton selama 10 menit, dan setiap ekskul juga disediakan stand tersendiri sebagai basecamp dan tempat pendaftaran.

Acara ini dimulai pagi hari, sekitar pukul 7.30, diawali dengan pembukaan dan pembacaan doa oleh petugas OSIS. Selanjutnya dilanjutkan dengan penampilan pertama dari ekskul Tari Betawi (saya sebenarnya baru tahu kalau di sekolah saya ada ekskul ini hehehe). Tapi, baru sekitar 5 menit mereka menari, hujan mulai turun rintik-rintik. Hari ini memang mendung. Penonton yang tadinya antusias menonton pun mulai keluar dari lapangan dan mencari tempat berteduh. Namun, apa daya bagi para penari, mereka tak punya pilihan dan tetap melanjutkan tarian mereka walau hujan semakin menderas.

Karena hujan yang lumayan deras, kondisi jadi sangat tidak mendukung untuk dilanjutkannya parade EXPO, sehingga panitia pun memutuskan untuk menunda penampilan selanjutnya sampai hujan reda, atau setidaknya tidak terlalu deras. Masa penantian ini bukan saat yang begitu menyenangkan, karena sekolah jadi becek, sedangkan kita tidak punya tempat yang nyaman dan kering untuk menunggu. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke masjid saja sekedar untuk berteduh.

Saat saya sudah sampai di dekat tangga masjid, ada 2 orang adik kelasku anggota ekskul KIR yang datang menawarkan produk mereka, berupa snack ikan berkalsium tinggi. Aku memang sudah berencana untuk membelinya (karena snack ini adalah produk penelitian temanku), dan akhirnya aku membeli 2 bungkus snack itu, sebelum akhirnya aku duduk di tangga masjid untuk menikmatinya. Lumayan, untuk mengisi waktu saat menunggu hujan reda. Aku membagi snack itu dengan beberapa temanku, dan mereka menyukainya. Ide teman-teman KIR ku memang kreatif, membuat penganan nikmat yang juga sehat, walaupun aku kurang yakin dengan bumbu penyedap yang rasanya mengandung MSG.

Setelah sekitar setengah jam kemudian, hujan mulai reda dengan langit yang masih mendung. Acara dilanjutkan. Aku kurang tertarik untuk menyaksikan parade, jadi aku memutuskan untuk berkeliling melihat stand-stand ekskul lain. Incaran pertamaku: stand KIR.

Disana, mereka memajang piala-piala yang berhasil mereka kumpulkan, foto-foto kegiatan mereka, serta beberapa produk hasil penelitian mereka. Aku berkeliling sebentar dan melihat-lihat isi dari stand itu.

Di bagian depan, terpajang sebuah robot sensor suara buatan teman KIR ku. Di meja samping stand itu, terdapat bagian pendaftaran. Penjaga bagian pendaftaran juga adalah adik kelasku yang senantiasa mengomporiku untuk bergabung bersama KIR 90. Aku sungguh teramat sangat tergoda untuk mendaftar menjadi anggota, yang pada akhirnya kulakukan. Ya, aku mendaftar menjadi anggota KIR SMAN 90.

Bagaimana menurutmu? Apakah aku masih dalam batas kewarasan? Hahaha, bayangkan saja, akibat sebuah obsesi yang tertunda, aku nekad untuk mendaftar. Lumayan, setelah menyerahkan formulir, aku dapat gantungan kunci gratis bertuliskan "Reach 90".

Tapi ternyata, yang gila bukan hanya aku. 2 orang temanku pun kuajak dan kuprovokasi untuk ikut mendaftar menjadi anggota KIR, disaat kami telah duduk di bangku kelas 3 SMA. Dengan provokasiku, mereka mendaftar. Di formulir pendaftarannya, ada kolom isian mengenai alasan ikut (bergabung), inilah jawaban kami:
  • Aku: "Demi kebahagiaan"
  • Teman 1: "Obsesi tertunda"
  • Teman 2: "Untuk mencapai kesuksesan dunia akhirat"
Hahaha, konyol, tapi serius. Itulah kami, para mantan calon anggota KIR yang pada akhirnya mendaftar juga. Pada awalnya aku bahagia karena berani mendaftar, tapi lama kelamaan, aku mulai menyadari bahwa mungkin ini bukanlah ide yang bagus, mengingat aku sudah kelas 3, dan masih memiliki tanggung jawab di FORTRIS. Hal ini tidak rasional dan realistis. Kami pun pasrah terhadap apa yang telah kami lakukan, karena kami benar-benar ingin merasakan menjadi anggota KIR, sekali saja, bahkan satu semester saja pun cukup.

Dan sampai sekarang pun, aku masih berpikir, apakah tindakanku itu merupakan bentuk ketidak-bijakan ku, atau termasuk usahaku dalam memanfaatkan waktu yang tersisa di masa SMA, karena tidak mungkin aku dapat mengulang masa ini lagi.

Semoga Allah merahmati kita, mengampuni kita dari kesalahan dan tindakan gegabah yang kita lakukan. Ya Allah, semoga langkahku ini benar. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar